Rabu, 30 Mei 2012

The NEKAD Traveler (Part 3)

Rencana hari ke-3 Lili, Yung-Yung dan Anita pergi ke Genting, sedangkan saya memilih ke Batu Caves, siangnya jalan-jalan seputaran KL. Berempat kami menuju KL Sentral , disana kami berpisah, saya ke stasiun naik KTM Komuter tujuan Batu Caves yang lain ke terminal bus. Ternyata baru saja saya melewati mesin tiket menuju kereta, 3 orang yang mau ke Genting teriak manggil-manggil. Mereka batal ke Genting karena busnya berangkat jam 12 siang.
Batu Caves

Ramayana Caves
Tiket ke Batu Caves dari KL Sentral hanya RM 1, sedangkan untuk kembalinya RM 2. Biaya masuknya gratis. Disana saya sempat berpisah dengan teman-teman karena menemukan Ramayana Caves, yang sebetulnya tidak gerbangnya ditutup, namun saya dengan beberapa turis menerobos masuk. Dengan kondisi gua yang sangat gelap saya dan beberapa oang memberanikan diri masuk hingga kedalam dengan modal sinal lampu HP. Tak disangka semakin masuk pemandangannya semakin bagus, beruntung saya mendapatkan beberapa fotonya. Sesuai dengan namanya isi dari gua ini menceritakan tentang cerita Ramayana. Kondisi gua sepertinya dalam tahap renovasi karena masih banyak bahan bangunan berserakan. Puas melihat-lihat saya keluar dari gua ini.
Batu Caves
Menurut deskripsi saya Batu Caves merupakan kuil Hindu yang berada dalam gua yang sampai saat ini masih digunakan untuk beribadah umat beragama Hindu. Dikomplek Batu Caves saya lihat ada 2 tempat pemujaan selain yang berada didalam gua. Selain turis, Batu Caves pada saat saya datang dibanjiri juga orang-orang keturunan India yang melakukan ritual doa. Sampai dihalamannya saya sempat ragu untuk naik sampai atas. Tangganya tinggi sekali sedangkan kaki saya sudah bengkak karena 2 hari berjalan terus. Tapi rugi juga sudah sampai disana kalu tidak naik. Akhirnya dengan menguatkan hati dan menahan rasa sakit saya memutuskan naik. Baru sampai tengah perjalanan paha sudah tidak mau diangkat untuk jalan rasanya kaki lemas sekali. Setelah berkali-kali istirahat dijalan akhirnya sampai juga diatas. Sampai dimulut gua, langsung tepok jidat! Ternyata didalam gua juga harus naik turun tangga. Dibawah tangga menuju lantai paling atas akhirnya saya bergabung dengan pasukan nekad lainnya yang sedang mengistirahatkan kaki. Sekali lagi dengan menguatkan hati dan kaki, kami menapaki tangga sampai atas. Diatas ada 1 tempat pemujaan dan dibeberapa sudut terdapat patung dewa/dewi yang dipuja umat Hindu. Ternyata diatas keadaannya lebih terang karena ada lubang yang cukup besar dan ditumbuhi pepohonan dilangit-langit gua. Diatas kami mengambil waktu cukup lama untuk bisa mengajak kaki menuruni tangga sampai dibawah gua. Pemandangan dari atas saat melihat anak tangga yang ratusan jumlahnya dan curam, menimbulkan rasa ngliyeng seperti mau jatuh. Dengan kaki cenat-cenut, sepatu jadi kesempitan, saya turun dengan gaya merayap. Beberapa turis sampai geli melihat saya turun.
Dari Batu Caves kami kembali ke KL Sentral kemudian menumpang Rapid KL menuju stasiun Pasar Seni. Keluar dari stasiun, kami memulai walking tour dengan langkah yang diseret dan badan kecut semua hehehe... Tujuan pertama Kuil Sri Maha Mariamman dan Klenteng Guan Di dijalan Tun HS Lee. Kemudian sempat menyusuri jalan Petaling sebelum kearah Central Market dijalan Hang Kasturi. Sentral Market adalah pusat oleh-oleh dan sovenir, berbagai macam barang dijual disana dari makanan, pakaian hingga kerajinan tangan. Saya tertarik membeli coklat Beryl’s disana, dengan berbagai macam rasa dan tersedia kemasan yang kecil cocok untuk oleh-oleh orang dirumah. 1 box coklat berisi 20 batang coklat kacang hazelnut dan almond dihargai RM 50. Keluar Central Market kami menuju Dataran Merdeka (Merdeka Square). Disepanjang jalan kesana kami melewati bangunan-bangunan tua yang masih terawat dengan baik dan dipakai, seperti gedung kantor pemerintahan, museum tekstil, restoran warisan, KL City Gallery dan masjid Jamek. Dari stasiun Masjid Jamek kami lanjut ke KLCC dengan naik Rapid KL Kelana Jaya. 
  
Di KLCC kami memutuskan hanya untuk makan saja di foodcourt Di KLCC kami memutuskan hanya untuk makan saja di foodcourt lantai 2. Harga makanan cukup terjangkau untuk ukuran mall yang besar dan terkenal. Setelah memutari semua stand akhirnya saya memilih makan mie kari, yang hanya sanggup saya habiskan sepertiga mangkok saja karena porsinya terlalu besar untuk ukuran saya. Selesai makan kami jalan lagi menuju Bukit Bintang melalui jalan pintas yang katanya dipeta wisata cuma 5 menit sudah sampailantai 2. Harga makanan cukup terjangkau untuk ukuran mall yang besar dan terkenal. Setelah memutari semua stand akhirnya saya memilih makan mie kari, yang hanya sanggup saya habiskan sepertiga mangkok saja karena porsinya terlalu besar untuk ukuran saya. Selesai makan kami jalan lagi menuju Bukit Bintang melalui jalan pintas yang katanya dipeta wisata cuma 5 menit sudah sampai di Pavillion Bukit Bintang. Tapi ternyata kami jalan kaki hampir 30 menit, entah kami yang salah jalan atau ukuran langkah yang dipeta menggunakan langkah bule. Sampai di Pavillion saya memutuskan untuk kembali ke hotel karena kondisi kaki yang sudah tidak memungkinkan diajak jalan lagi.
Malam harinya saya tetap mengistirahatkan kaki di hotel, sedangkan 3 teman menjelajahi jalan Alor yang dipenuhi dengan penjual makanan. Keesokan harinya jam 7 pagi, kami diantar om sopir taksi yang ramah, menuju LCCT. Pengalaman dibandara Solo air minum tidak boleh masuk, sebelum sampai meja check-in botol air minum saya buang ditempat sampah. Ternyata eh ternyata air minum lolos boleh masuk, tiwas didepan sudah dibuang. Terpaksa deh didalam beli lagi untuk persiapan dipesawat. AA kejem banget, penerbangan 2 jam sama sekali tidak dikasih air minum. 
Ngomong-ngomong masalah air minum, ada kejadian lucu yang kami alami. Karena kebiasaan hotel di Indonesia yang menyediakan air minum terbatas, hari pertama di KL kami inisiatif ke 7 Eleven didepan hotel untuk membeli air minum kemasan botol 500ml perorang dan 1 galon 5L untuk direfill. Harganya lumayan mahal dikantong, yang 500ml RM 1.5 atau sekitar Rp 4.500, sedangkan yang 5L harganya RM 5.3 atau sekitar Rp 16.000. Kembali kehotel, sampai didepan pintu kamar saya langsung bengong, ternyata disamping pintu kamar ada kran air minum yang disediakan hotel, bisa ambil sepuasnya dan gratis tiss. Begitu tutup pintu kamar kami berempat langsung histeris menertawakan kejadian itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar