Rencana hari
ke-3 Lili, Yung-Yung dan Anita pergi ke Genting, sedangkan saya
memilih ke Batu Caves, siangnya jalan-jalan seputaran KL. Berempat
kami menuju KL Sentral , disana kami berpisah, saya ke stasiun naik
KTM Komuter tujuan Batu Caves yang lain ke terminal bus. Ternyata
baru saja saya melewati mesin tiket menuju kereta, 3 orang yang mau
ke Genting teriak manggil-manggil. Mereka batal ke Genting karena
busnya berangkat jam 12 siang.
Batu Caves |
Ramayana Caves |
Tiket ke Batu
Caves dari KL Sentral hanya RM 1, sedangkan untuk kembalinya RM 2.
Biaya masuknya gratis. Disana saya sempat berpisah dengan teman-teman
karena menemukan Ramayana Caves, yang sebetulnya tidak gerbangnya
ditutup, namun saya dengan beberapa turis menerobos masuk. Dengan
kondisi gua yang sangat gelap saya dan beberapa oang memberanikan
diri masuk hingga kedalam dengan modal sinal lampu HP. Tak disangka
semakin masuk pemandangannya semakin bagus, beruntung saya
mendapatkan beberapa fotonya. Sesuai dengan namanya isi dari gua ini
menceritakan tentang cerita Ramayana. Kondisi gua sepertinya dalam
tahap renovasi karena masih banyak bahan bangunan berserakan. Puas
melihat-lihat saya keluar dari gua ini.
Batu Caves |
Menurut
deskripsi saya Batu Caves merupakan kuil Hindu yang berada dalam gua
yang sampai saat ini masih digunakan untuk beribadah umat beragama
Hindu. Dikomplek Batu Caves saya lihat ada 2 tempat pemujaan selain
yang berada didalam gua. Selain turis, Batu Caves pada saat saya
datang dibanjiri juga orang-orang keturunan India yang melakukan
ritual doa. Sampai dihalamannya saya sempat ragu untuk naik sampai
atas. Tangganya tinggi sekali sedangkan kaki saya sudah bengkak
karena 2 hari berjalan terus. Tapi rugi juga sudah sampai disana kalu
tidak naik. Akhirnya dengan menguatkan hati dan menahan rasa sakit
saya memutuskan naik. Baru sampai tengah perjalanan paha sudah tidak
mau diangkat untuk jalan rasanya kaki lemas sekali. Setelah
berkali-kali istirahat dijalan akhirnya sampai juga diatas. Sampai
dimulut gua, langsung tepok jidat! Ternyata didalam gua juga harus
naik turun tangga. Dibawah tangga menuju lantai paling atas akhirnya
saya bergabung dengan pasukan nekad lainnya yang sedang
mengistirahatkan kaki. Sekali lagi dengan menguatkan hati dan kaki,
kami menapaki tangga sampai atas. Diatas ada 1 tempat pemujaan dan
dibeberapa sudut terdapat patung dewa/dewi yang dipuja umat Hindu.
Ternyata diatas keadaannya lebih terang karena ada lubang yang cukup
besar dan ditumbuhi pepohonan dilangit-langit gua. Diatas kami
mengambil waktu cukup lama untuk bisa mengajak kaki menuruni tangga
sampai dibawah gua. Pemandangan dari atas saat melihat anak tangga
yang ratusan jumlahnya dan curam, menimbulkan rasa ngliyeng seperti
mau jatuh. Dengan kaki cenat-cenut, sepatu jadi kesempitan, saya
turun dengan gaya merayap. Beberapa turis sampai geli melihat saya
turun.
Dari Batu Caves
kami kembali ke KL Sentral kemudian menumpang Rapid KL menuju stasiun
Pasar Seni. Keluar dari stasiun, kami memulai walking tour dengan
langkah yang diseret dan badan kecut semua hehehe... Tujuan pertama
Kuil Sri Maha Mariamman dan Klenteng Guan Di dijalan Tun HS Lee.
Kemudian sempat menyusuri jalan Petaling sebelum kearah Central
Market dijalan Hang Kasturi. Sentral Market adalah pusat oleh-oleh
dan sovenir, berbagai macam barang dijual disana dari makanan,
pakaian hingga kerajinan tangan. Saya tertarik membeli coklat Beryl’s
disana, dengan berbagai macam rasa dan tersedia kemasan yang kecil
cocok untuk oleh-oleh orang dirumah. 1 box coklat berisi 20 batang
coklat kacang hazelnut dan almond dihargai RM 50. Keluar Central
Market kami menuju Dataran Merdeka (Merdeka Square). Disepanjang
jalan kesana kami melewati bangunan-bangunan tua yang masih terawat
dengan baik dan dipakai, seperti gedung kantor pemerintahan, museum
tekstil, restoran warisan, KL City Gallery dan masjid Jamek. Dari
stasiun Masjid Jamek kami lanjut ke KLCC dengan naik Rapid KL Kelana
Jaya.
Di KLCC kami
memutuskan hanya untuk makan saja di foodcourt Di KLCC kami
memutuskan hanya untuk makan saja di foodcourt lantai 2. Harga
makanan cukup terjangkau untuk ukuran mall yang besar dan terkenal.
Setelah memutari semua stand akhirnya saya memilih makan mie kari,
yang hanya sanggup saya habiskan sepertiga mangkok saja karena
porsinya terlalu besar untuk ukuran saya. Selesai makan kami jalan
lagi menuju Bukit Bintang melalui jalan pintas yang katanya dipeta
wisata cuma 5 menit sudah sampailantai 2. Harga
makanan cukup terjangkau untuk ukuran mall yang besar dan terkenal.
Setelah memutari semua stand akhirnya saya memilih makan mie kari,
yang hanya sanggup saya habiskan sepertiga mangkok saja karena
porsinya terlalu besar untuk ukuran saya. Selesai makan kami jalan
lagi menuju Bukit Bintang melalui jalan pintas yang katanya dipeta
wisata cuma 5 menit sudah sampai di Pavillion Bukit Bintang. Tapi
ternyata kami jalan kaki hampir 30 menit, entah kami yang salah jalan
atau ukuran langkah yang dipeta menggunakan langkah bule. Sampai di
Pavillion saya memutuskan untuk kembali ke hotel karena kondisi kaki
yang sudah tidak memungkinkan diajak jalan lagi.
Malam harinya
saya tetap mengistirahatkan kaki di hotel, sedangkan 3 teman
menjelajahi jalan Alor yang dipenuhi dengan penjual makanan. Keesokan
harinya jam 7 pagi, kami diantar om sopir taksi yang ramah, menuju
LCCT. Pengalaman dibandara Solo air minum tidak boleh masuk, sebelum
sampai meja check-in botol air minum saya buang ditempat sampah.
Ternyata eh ternyata air minum lolos boleh masuk, tiwas didepan sudah
dibuang. Terpaksa deh didalam beli lagi untuk persiapan dipesawat. AA
kejem banget, penerbangan 2 jam sama sekali tidak dikasih air
minum.
Ngomong-ngomong masalah air minum, ada kejadian lucu yang kami
alami. Karena kebiasaan hotel di Indonesia yang menyediakan air minum
terbatas, hari pertama di KL kami inisiatif ke 7 Eleven didepan hotel
untuk membeli air minum kemasan botol 500ml perorang dan 1 galon 5L
untuk direfill. Harganya lumayan mahal dikantong, yang 500ml RM 1.5
atau sekitar Rp 4.500, sedangkan yang 5L harganya RM 5.3 atau sekitar
Rp 16.000. Kembali kehotel, sampai didepan pintu kamar saya langsung
bengong, ternyata disamping pintu kamar ada kran air minum yang
disediakan hotel, bisa ambil sepuasnya dan gratis tiss. Begitu tutup
pintu kamar kami berempat langsung histeris menertawakan kejadian
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar