Rabu, 30 Mei 2012

The NEKAD Traveler (Part 1)

May 12, 2012 it’s the big day. Kalau Trinity pakai istilah The Naked Traveler, kalau versi saya ‘The Nekad Traveler’. Kenapa nekad? Karena tak satupun dari kami yang pernah pergi ke LN, di KL tidak ada teman yang memandu, bayangan seperti apa KL hanya didapat dari baca-baca blog orang dan situs-situs pemerintah Malaysia. Pemilihan hotel pun dijatuhkan berdasarkan lokasi yang di Bukit Bintang dan foto-foto diinternet. Bahkan saking takutnya nyasar saya sampai membeli buku budget traveling yang membahas tempat-tempat wisata KL. Dengan modal nekad dan uang terbatas saya memberanikan diri untuk pergi. 
 
Karena sebelum keberangkatan saya tidak ada waktu untuk bertemu dengan yang lainnya maka sambil sarapan soto disamping Solo Square kami saling membandingkan hasil pencarian melalui internet. Tak disangka hasil pencariaan punya Lili sampai diprint dengan isi yang sangat rinci, dari cara sampai ditujuan, lama perjalanan dan biayanya sambil diberi komentar-komentar sama dia. Karena pesawat kami jam 12.25 dan masih menunggu Anita dari Klaten, saya, Lili dan Yung-Yung menghabiskan waktu dengan jalan-jalan di Solo Square. Kalau saya sih dengan agak gelisah karena masih bingung cara nanti di bandara untuk penerbangan internasional, entah kalau yang lainnya.
 
Setelah Anita datang, pergilah kami ke bandara Adi Sumarmo diantar oleh mamanya Anita. Baru sampai dipintu keberangkatan sudah mulai heboh untuk mengabadikannya. Setelah foto-foto dengan PD kami mengikuti arus masuk ke bandara. Setelah melewati pintu, kami memasuki pemeriksaan pertama. Semua barang tak terkecuali HP harus ditaruh diconveyor belt yang melewati mesin X-Ray, sedangkan orangnya melalui pintu detektor. Sampai disitu masih selamat belum ada kejadian yang memalukan.

Dari pemeriksaan, kami menuju konter check-in. Prosesnya lumayan cepat dan berlangsung lancar. Namun baru satu langkah balik dari konter, kejadian memalukan mulai terjadi bertubi-tubi. Dari situ seharusnya berpindah ke konter airport tax, kami yang asyik heboh sendiri malah berlajan kearah berlawanan dengan konter tersebut, sehingga dikejar security AA sambil ditertawakan. Owalah.. dengan rasa malu kami berbalik arah dimana harus melewati lagi konter check-in dan security yang mengejar kami. Dodolnya lagi dari kami berempat tak satupun yang melihat konter airport tax internasional, yang ada disebelah konter airport tax domestik. Dengan PD-nya kami menerobos masuk jalur domestik dengan pemikiran mungkin bayar airport tax-nya diatas. Mengikuti petunjuk arah pintu pemberangkatan internasional sampailah dikonter imigrasi. Empat orang langsung maju bersama kedepan meja petugas, yang mana aturannya harus antri satu persatu dan berdiri dibelakang garis kuning. Di imigrasi karena ketahuan belum bayar airport tax kami disuruh balik lagi ke bawah. Begitu sampai dibawah baru lihat kalau konter airport tax internasional persis disamping pintu domestik yang tadi diterobos hehehe....
 
Balik ke imigrasi, antrian sudah agak panjang dengan pemilik paspor merah, dengan penasaran saya berusaha mengintip, ternyata paspor Malaysia. Tanpa ditanya macam-macam paspor langsung dicap. Setelah itu tas diperiksa lagi. Air minum kemasan dilarang masuk ruang tunggu. Disamping petugas ada meja kayu yang diisi botol-botol air minum kemasan. Dasar saya tidak mau rugi, sebelum diserahkan isinya saya minum habis dulu padahal waktu itu masih harus menunggu 2 jam dan sudah beli roti untuk makan siang sebelum berangkat, nah loh.. seret-seret dah. Lain dengan triknya Yung-Yung yang botol air minumnya ditaruh diujung meja, pas mau berangkat dia dan Lili bela-belain balik ke meja itu untuk menghabiskannya.
 
Jam 12.15 kami sudah boarding, ada perasaan kecewa dengan tampilan pesawatnya. Bukannya dapat yang merah tapi yang body-nya dicat iklan salah satu bank Indonesia. Rasa AA-nya jadi kurang terasa hehehe... Tak begitu lama setelah pesawat take off, jeng...jeng...jeng... anggota pasukan nekad mulai mengeluarkan minyak angin. Entah yang dioleskan dileher, bawah hidung bahkan dituang ke tissue untuk menutup hidung. Raut wajah mulai berubah sedikit demi sedikit, yang tadinya ketawa-ketawi, senyam-senyum berganti dengan wajah agak memucat, sibuk mencari permen dan memejamkan mata hehehe.. Saya duduk berpasangan dengan Yung-Yung sedangkan Lili dan Anita dibarisan seberang. Yung-Yung yang sempat makan siang roti tuna ditengah perjalanan sampai menjarah kantong-kantong sampah milik yang lain.
Sampai di LCCT jam 15.00 dengan beda waktu 1 jam lebih cepat KL, kurang lebih 2 jam perjalanan. Dasar orang Indonesia yang tidak bisa jalan cepat, kami sempat kebingungan mencari pintu masuk gedung bandara karena tertinggal rombongan sepesawat. Setelah dicari-cari akhirnya ketemu juga konter imigrasinya. Petugasnya cuma tanya dari mana dan berapa lama di KL, setelah scan sidik jari 2 telunjuk bersamaan, paspor dicap dan keluarlah saya dari imigrasi.
Keluar dari imigrasi pasukan nekad masih berjalan santai beda dengan yang lainnya, sekali lagi maklum orang Indonesia. Masih didalam bandara kami sempat memilih-milih untuk membeli perdana lokal dibeberapa booth perdana. Pada awalnya mondar-mandir dibeberapa tempat untuk membandingkan harga dan fasilitas, yang pada akhirnya pindah booth dikarenakan penjualnya menggunakan bahasa mandarin dimana tak satupun dari kami memahaminya. Setelah gojak-gajek didekat pintu keluar, akhirnya kami kembali lagi kebooth engkohnya perdana. Dengan terbata-bata Anita sebagai perwakilan berusaha bicara dengan bahasa inggris yang oleh engkohnya dengan fasih dijawab dengan bahasa indonesia, sekali lagi bahasa indonesia bukan bahasa melayu.Kami berempat langsung ngakak semua, owalah... Karena saya tidak merasa perlu untuk ganti nomor lokal maka saya tidak ikut membeli perdana.
 
Setelah urusan perdana selesai, kami menuju pintu keluar. Sempat mengalami syok waktu melewati konter-konter tiket bus ke KL sentral. Busyett... penjualnya teriak-teriak kenceng banget seperti mau berantem. Saking kagetnya saya sampai tidak berani memilih konter, langsung loncat kekonter paling dekat, yang ternyata menjual tiket aerobus seharga RM 8/orang. Dari LCCT ke KL sentral perjalanan busnya sekitar 1 jam. Di KL sentral sempat agak nyasar karena untuk menuju stasiun monorail ternyata harus keluar dari KL sentral dan berjalan kaki menyeberang perempatan. Dari stasiun monorail KL sentral menuju Bukit Bintang tidak memakan waktu yang lama, rasanya baru masuk duduk sebentar sudah sampai tujuan, biayanya tidak sampai RM 2. Turun distasiun Bukit Bintang menuju hotel jalan kaki tidak sampai 5 menit.
 
Setelah check-in di Bintang Warisan Hotel kami pergi makan, pilihan tempat jatuh pada nestoran nasi ayam dekat hotel. Harga perporsi paket nasi + ayam panggang RM 8.5 untuk minumnya saya pilih juice leacy seharga RM 5, namun yang keluar es sirop rasa leacy dengan buah leacy 4 biji didalamnya. Pinjam istilah Pak Bondan makanannya top markotop. Buat saya yang tidak suka ayam sampai menghabiskan 1 porsi yang lumayan besar berarti enak beneran. 
 
 
Habis makan saya, Lili dan Anita lanjut ke Petaling Street (China Town). Dari bukit bintang naik monorail turun distasiun Maharajalela. Dari stasiun ke Petaling Street jalan kaki, lumayan jauh jalannya sampai sempat tanya orang karena takut salah jalan. Dari jauh terlihat gapura dengan ornamen-ornamen cina begitu masuk agak heran kok yang jualan banyak juga orang indianya. Disana setiap kali disapa dengan bahasa mandarin kami Cuma cengar-cengir sambil geleng-geleng kepala terus ngacir. Yah agak-agak malu juga sama orang-orang india yang fasih berbahasa mandarin. Petaling Street buat saya kurang menarik. Isinya lebih banyak orang jualan baju, tas, dompet dan sepatu merk aspal seperti polo, LV, adidas dll. Di mangga dua aja banyak. Bahkan sampai muter-muter mencari kaos KL yang kualitas bahannya bagus pun tidak ketemu. Adanya yang bahannya tipis/kurang bagus dengan harga sekitar RM 6-25. Kios-kios yang jual sovenir pun barangnya tidak terlalu banyak jadi tidak membuat orang kalap belanja. Disana saya sempat beli 2 set gantungan kunci dan 1 set pemotong kuku dengan harga RM 20. 1 set berisi 6 biji. Engkohnya penjual sovenir ternyata beristri orang surabaya jadi kami berkomunikasi dengan bahasa indonesia. Mungkin karena mendengar kami ngorol menggunakan bahasa indonesia dengan penjualnya, tak berapa lama ada 1 rombongan yang ikut pilih-pilih sovenir ternyata dari surabaya. Disana saya sempat mencoba minuman es air mata kucing seharga RM 1.5, warnanya cokelat gelap rasanya seperti liang tea dengan versi lebih kental dan enak, didalamnya ada potongan buah leacy. Buah leacy segar dijual RM 10 per-kg sedangkan chestnut yang rasanya mirip-mirip buah nangka/beton dijual RM 10 per 0.5kg. Karena namanya juga China Town disana banyak tersedia berbagai macam makanan olahan dari babi. 
Rangkaian Bunga dan Boneka di Petaling Street
Salah satu yang menarik mata adalah barisan penjual rangkaian bunga. Yang dirangkai bukan hanya bunga tetapi juga boneka. Tampilannya sangat menarik. Setelah semua sudut dijelajahi kami memutuskan kembali ke hotel.
 
Bersambung...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar