Kurang lebih 9 bulan yang lalu
saya mendapat sms dari teman yang bernama Lili untuk bergabung booking tiket ke
KL, kebetulan waktu itu ada tiket promo AA untuk penerbangan tanggal 12
dan 15 Mei 2012. Harga tiket return plus
bagasi 15kg yang dibagi 4 orang jatuhnya Rp. 500 ribu perorang.
Karena dari rombongan belum
pernah ada yang pergi ke LN maka banyak PR yang harus dikerjakan sebelum pergi.
Langkah selanjutnya adalah mencari paspor. Awal tahun 2012 saya mulai
mencari-cari informasi melalui internet dan tanya sana sini cara mendapatkan
paspor. Pada intinya ada 2 cara, yaitu:
1. Melalui
biro jasa dengan biaya + Rp. 500 ribu. Semua persyaratan kita serahkan
ke biro jasa, dihari yang ditentukan ke kantor Imigrasi untuk foto dan ambil
sidik jari (tanpa antri) dan beberapa hari kemudian paspor dapat diambil di
biro jasa (yang sekali lagi tanpa antri).
2. Mengurus
sendiri ke kantor Imigrasi dengan biaya Rp. 255 ribu. Dengan catatan disetiap
tahapan dilalui dengan antrian yang lumayan panjang. Tentu saja saya yang baru jadi pengangguran memilih cara ini.
Kurang lebih prosedur di
Kantor Imigrasi Jogja sbb:
·
Syarat-syaratnya adalah KTP, KK, Akta Kelahiran,
Ijazah terakhir, Surat Nikah buat yang sudah menikah, surat keterangan dari
orang tua buat yang masih sekolah, atau surat keterangan dari kantor buat yang
bekerja. Sebetulnya yang diminta hanya fotocopy-nya saja tapi pada saat
diserahkan yang asli juga harus dibawa untuk ditunjukkan.
·
Mengambil formulir yang katanya gratis, tapi
harus bayar Rp. 10 ribu untuk biaya map dan cover paspor.
· Kalau syarat-syaratnya sudah dibawa, dikantor
Imigrasi disediakan meja yang bisa digunakan untuk menngisi formulir. Seingat
saya tidak disediakan alat tulis jadi jangan lupa bawa sendiri.
· Ambil nomor antrian untuk loket penyerahan
dokumen. Setelah dokumen dicek kelengkapannya, oleh petugas kita diberi slip
tanda terima dan diinformasikan kapan kita kembali ke Imigrasi. Kalau saya
keesokan harinya sudah disuruh datang lagi.
·
Keesokan harinya ambil nomor antrian untuk loket
pembayaran. Biaya untuk pembuatan paspor baru 48 halaman adalah Rp. 255 ribu.
·
Setelah itu antri lagi untuk panggilan foto dan
pengambilan sidik jari. Pada saat foto dahi harus bebas dari rambut jadi jangan
malu untuk bertanya pada petugas dimana letak cermin jadi paling tidak hasil
foto tidak terlalu memalukan seperti punya saya hehehe.... Saya pernah lihat
ada yang minta diulang fotonya sampai beberapa kali karena hasilnya kurang
sesuai keinginan, jadi mintalah baik-baik ke petugas siapa tahu dikasih ulang
untuk foto. Setelah foto kemudian diambil 10 sidik jari kita.
·
Habis dari foto dan sidik jari, antri lagi untuk
sesi wawancara yang isinya basa-basi tentang alasan membuat paspor. Kemudian
diberi 1 lembar kertas yang isinya foto dan data diri untuk dibaca dan
diyakinkan tidak ada kesalahan. Setelah itu diberi slip pengambilan paspor.
Kalau saya pas 1 minggu dari saya menyerahkan dokumen.
· Dihari pengambilan paspor datanglah dengan
membawa slip pengambilan dan kuitansi pembayarannya. Diloket pengambilan tidak
ada nomor antrian khusus, langsung slipnya diberikan ke petugas yang kemudian
akan dipanggil namanya kalau paspor sudah siap. Setelah paspor diberikan jangan
lupa dicek lagi supaya jika ada kesalahan bisa segera minta dibetulkan.
Pengalaman punya saya dibagian pekerjaan ditulis wartawan padahal diformulir saya
tulis wiraswasta. Setelah itu saya diminta untuk memfoto-copy paspor khusus
halaman 1 dan terakhirnya saja, dibagian pengambilan formulir untuk arsip kantor
Imigrasi (kenapa untuk asrip kantor fotocopynya harus bayar Rp. 1 ribu ya???).
http://en.wikipedia.org/wiki/Kuala_Lumpur |
Setelah urusan paspor selesai,
langkah selanjutnya saya mulai browsing-browsing tempat wisata di KL. Banyak informasi
yang didapat dari blog dan situs resmi milik pemerintah Malaysia. Buat saya
pencarian dengan model begini malah membingungkan karena waktu kunjung yang terbatas
tapi banyak sekali pilihan tempat wisata disana. Akhirnya saya putuskan kalau
ada 1 hari saya pergi ke Malaka dan 1 hari ke Genting dan Batu Caves. Sedangkan
tempat-tempat seperti KLCC, China Town (Petaling Street), Central Market,
Masjid Jamek dll saya jelajahi dimalam hari jika ada waktu. Pilihan saya
jatuhkan lebih pada tempat-tempat bersejarah dan ibadah dibandingkan
pusat-pusat perbelanjaan yang menjamur disana. Kebetulan intenary saya tidak
jauh beda dengan teman-teman yang lain jadi klop dah.
Karena baru pertama kali dan
sampai di KL sudah sore kami memtuskan untuk booking hotel dari Indonesia.
Pilihan hotel jatuh pada Bintang Warisan Hotel yang berada di jalan Bukit
Bintang dan tidak terlalu jauh dari stasuin monorail Bukit Bintang. Untuk kamar
jenis family yang diisi 3 orang + extrabed 1 kami bayar RM 690 untuk 3 malam
sudah termasuk breakfast.
Yang terakhir yang perlu
dipersiapkan adalah RM. Beberapa bulan sebelum keberangkatan sempat berniat
untuk menukar RM, waktu itu RM 1 = Rp. 2800-an. Tapi karena waktu keberangkatan
masih lama maka urung menukar dan memilih menunggu sampai mendekati keberangkatan.
Tak tahunya harga RM terus merangkak naik hingga di RM 1 = Rp. 3080,-. Setelah
dengan proses tawar menawar yang cukup alot akhirnya saya dapat RM 1 = Rp.
3035,-. Agak menyesal juga tidak tukar dari dulu-dulu. Dengan berbekal
informasi dari buku bahwa biaya hidup di KL tidak terlalu mahal dan juga karena
tidak ada niatan untuk belanja-belanji maka saya beranikan untuk menukar RM 500
saja, sudah termasuk untuk membayar hotel 3 malam sebesar RM 172.5. Dan untuk
jaga-jaga saja saya membawa 1 kartu kredit, kartu-kartu yang lainnya sengaja
ditinggal dirumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar