Rabu, 31 Oktober 2012

WISATA CANDI



Seumur-umur candi yang pernah saya kunjungi hanyalah Candi Borobudur, itupun seingat saya tidak sampai 5 kali kunjungan. Pertama kali, saya ke Candi Borobudur alasannya hanya karena saya tinggal di Magelang masa belum pernah kesana, rasanya malu kalau ditanya orang yang berasal dari luar kota. Kunjungan-kunjungan berikutnya karena saya menemani entah teman atau saudara yang ingin melihat langsung Borobudur.
Parahnya lagi hampir 12 tahun saya tinggal di Jogja tidak pernah terpikir untuk berwisata ke candi-candi yang ada di Jogja. Hampir 1 tahun saya melakukan perjalanan Jogja-Solo yang melewati daerah Prambanan tak sekalipun saya berminat untuk berhenti dan mengunjungi Candi Prambanan yang letaknya dipinggir jalan tersebut. Bahkan yang namanya Candi Kalasan pun saya tidak tahu letaknya disebelah mana.

Setelah keluar dari kota Jogja, saya baru tahu ternyata ada banyak candi yang tersebar didaerah Prambanan dan sekitarnya. Melihat foto-foto yang sering muncul disosial media membuat saya penasaran untuk melihat langsung candi-candi tersebut.

Karena pekerjaan kantor yang sangat padat, saya tidak sempat browsing lokasi yang pasti melalui internet. Berbekal peta kurang jelas yang mencantumkan daftar nama-nama candi namun tidak mencantumkan satuan jarak-nya, akhirnya niat saya untuk mengunjungi candi-candi tersebut terlaksana juga.

Sebenarnya kalau tujuannya hanya ke Candi Prambanan dan Ratu Boko menurut saya dari Jogja lebih mudah dengan menggunakan Trans Jogja, tidak perlu repot menggunakan kendaraan sendiri. Turunnya di halte Prambanan yang pas didepan lokasi candinya. Kalau ingin ke Ratu Boko bisa membeli tiket paket Candi Prambanan-Ratu Boko seharga Rp. 45.000,-. Dari candi Prambanan disediakan suttle yang mengantar sampai Candi Ratu Boko, begitu juga kembalinya lagi ke Candi Prambanan. Namun karena saya ingin mengunjungi candi-candi yang lain maka saya menggunakan sepeda motor.


Tujuan pertama saya adalah Candi Sambisari.Petunjuk yang ada dipeta saya hanya menginformasikan ada disekitar Jalan Solo KM 10 kemudian belok kanan. Ternyata dijalan saya melihat petunjuk arah Candi Sambisari dengan tulisan besar pas dipertigaan jalan kearah kanan. Setelah saya ikuti petunjuk tersebut saya merasa curiga salah belok karena setelah sekitar 15 menit jalan, semakin masuk adanya hanya area persawahan dan tidak kelihatan ada bangunan yang mirip-mirip candi. Akhirnya saya memutuskan kembali lagi kejalan utama, sampai diujung jalan saya diberi tahu orang lebih mudah

Senin, 16 Juli 2012

Dua Cerita


Terkadang karena segala kesibukan, kita hidup seperti mesin; selalu membuat rencana, membuat target dan mengharapkan hasil yang sempurna. Bahkan waktu mau tidur pun, terkadang masih memikirkan pekerjaan siang tadi, merasa kesal atas hal yang belum selesai dan membuat rencana untuk besok. Lebih parahnya lagi kalau timbul perasaan bersalah ketika kita mengambil sedikit waktu hanya untuk kesenangan, tidak melakukan sesuai rencana atau menjadi kurang sempurna. Jika terjadi seperti itu maka kita harus lebih manusiawi lagi terhadap diri kita masing-masing. 

Berikut adalah 2 cerita berkesinambungan yang saya ambil dari buku dengan judul “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya” halaman 11-17, karangan Ajahn Brahm. Cerita ini selalu menginspirasi saya untuk berhenti sejenak dari kesibukan; hanya untuk mengambil nafas dan beristirahat dari segala pekerjaan yang rasanya tidak pernah selesai. 

Yang Sudah Selesai, Ya Sudah Selesai

Musim hujan di Thailand berlangsung dari bulan Juli sampai Oktober. Selama periode tersebut, para biksu berhenti bepergian, menghentikan semua pekerjaan proyek, dan mencurahkan diri sepenuhnya untuk belajar dan bermeditasi. Periode tersebut disebut “wassa” atau “penyunyian musim hujan”. 

Rabu, 30 Mei 2012

The NEKAD Traveler (Part 3)

Rencana hari ke-3 Lili, Yung-Yung dan Anita pergi ke Genting, sedangkan saya memilih ke Batu Caves, siangnya jalan-jalan seputaran KL. Berempat kami menuju KL Sentral , disana kami berpisah, saya ke stasiun naik KTM Komuter tujuan Batu Caves yang lain ke terminal bus. Ternyata baru saja saya melewati mesin tiket menuju kereta, 3 orang yang mau ke Genting teriak manggil-manggil. Mereka batal ke Genting karena busnya berangkat jam 12 siang.
Batu Caves

Ramayana Caves
Tiket ke Batu Caves dari KL Sentral hanya RM 1, sedangkan untuk kembalinya RM 2. Biaya masuknya gratis. Disana saya sempat berpisah dengan teman-teman karena menemukan Ramayana Caves, yang sebetulnya tidak gerbangnya ditutup, namun saya dengan beberapa turis menerobos masuk. Dengan kondisi gua yang sangat gelap saya dan beberapa oang memberanikan diri masuk hingga kedalam dengan modal sinal lampu HP. Tak disangka semakin masuk pemandangannya semakin bagus, beruntung saya mendapatkan beberapa fotonya. Sesuai dengan namanya isi dari gua ini menceritakan tentang cerita Ramayana. Kondisi gua sepertinya dalam tahap renovasi karena masih banyak bahan bangunan berserakan. Puas melihat-lihat saya keluar dari gua ini.

The NEKAD Traveler (Part 2)

Hari ke-2 di KL, pasukan nekad menjelajah ke Malaka. Dari Bukit Bintang naik monorail sampai stasiun Hang Tuah kemudian nyambung naik RAPID KL Sri Petaling Line turun distasiun Bandar Tasik Selatan (BTS). Karena dari Bukit Bintang saya bayar tokennya hanya biaya monorail sampai di Hang Tuah, yang ternyata perpindahan dari monorail ke RAPID KL di Hang Tuah tidak perlu keluar stasiun cuma pindah line saja maka sampai di BTS sempat bingung saat tokennya dimasukkan pintu keluarnya tidak mau membuka. Dari penumpang lain kami dianjurkan untuk lapor ke petugas. Setelah lapor dan dicek ternyata tokennya kurang bayar hehehe.. seharusnya dari Bukit Bintang kami bayarnya yang langsung langsung ke BTS. Setelah tambah bayar diloket petugas token baru bisa digunakan untuk membuka pintu, canggih ya. Dari stasiun menuju terminal BTS tinggal jalan melalui jembatan penyeberangan. Terminal BTS sangat luas, bersih dan full ac. Jadwal-jadwal keberangkatan terpampang dengan jelas dimonitor . Tidak perlu bingung cara membeli tiketnya, ada 18 konter yang melayani pembelian tiket dengan berbagai bus dan tujuan. Berangkat ke Malaka kami menggunakan metrobus dengan harga tiket RM 9, lama perjalanan kurang lebih 2 jam. 

Pemandangan The Stadthuys
Sampai di terminal Malaka Sentral sudah hampir jam 12 siang, kepusat kotanya kami memilih naik panorama bus dengan harga RM 1. Turun didepan The Stadthuys, setelah berfoto ria didepan air mancur dan gereja anglican Christ Church, kami menjelajah lapak-lapak sovenir yang disamping gereja, harganya lebih mahal dari harga di Petaling Street. Kemudian kami kembali kedepan The Stadthuys dan menyeberang jalan menuju Jongker Street.

The NEKAD Traveler (Part 1)

May 12, 2012 it’s the big day. Kalau Trinity pakai istilah The Naked Traveler, kalau versi saya ‘The Nekad Traveler’. Kenapa nekad? Karena tak satupun dari kami yang pernah pergi ke LN, di KL tidak ada teman yang memandu, bayangan seperti apa KL hanya didapat dari baca-baca blog orang dan situs-situs pemerintah Malaysia. Pemilihan hotel pun dijatuhkan berdasarkan lokasi yang di Bukit Bintang dan foto-foto diinternet. Bahkan saking takutnya nyasar saya sampai membeli buku budget traveling yang membahas tempat-tempat wisata KL. Dengan modal nekad dan uang terbatas saya memberanikan diri untuk pergi. 
 
Karena sebelum keberangkatan saya tidak ada waktu untuk bertemu dengan yang lainnya maka sambil sarapan soto disamping Solo Square kami saling membandingkan hasil pencarian melalui internet. Tak disangka hasil pencariaan punya Lili sampai diprint dengan isi yang sangat rinci, dari cara sampai ditujuan, lama perjalanan dan biayanya sambil diberi komentar-komentar sama dia. Karena pesawat kami jam 12.25 dan masih menunggu Anita dari Klaten, saya, Lili dan Yung-Yung menghabiskan waktu dengan jalan-jalan di Solo Square. Kalau saya sih dengan agak gelisah karena masih bingung cara nanti di bandara untuk penerbangan internasional, entah kalau yang lainnya.
 
Setelah Anita datang, pergilah kami ke bandara Adi Sumarmo diantar oleh mamanya Anita. Baru sampai dipintu keberangkatan sudah mulai heboh untuk mengabadikannya. Setelah foto-foto dengan PD kami mengikuti arus masuk ke bandara. Setelah melewati pintu, kami memasuki pemeriksaan pertama. Semua barang tak terkecuali HP harus ditaruh diconveyor belt yang melewati mesin X-Ray, sedangkan orangnya melalui pintu detektor. Sampai disitu masih selamat belum ada kejadian yang memalukan.

Kamis, 24 Mei 2012

Persiapan Nekad ke KL


Kurang lebih 9 bulan yang lalu saya mendapat sms dari teman yang bernama Lili untuk bergabung booking tiket ke KL, kebetulan waktu itu ada tiket promo AA untuk penerbangan tanggal 12 dan  15 Mei 2012. Harga tiket return plus bagasi 15kg yang dibagi 4 orang jatuhnya Rp. 500 ribu perorang.
 
Karena dari rombongan belum pernah ada yang pergi ke LN maka banyak PR yang harus dikerjakan sebelum pergi. Langkah selanjutnya adalah mencari paspor. Awal tahun 2012 saya mulai mencari-cari informasi melalui internet dan tanya sana sini cara mendapatkan paspor. Pada intinya ada 2 cara, yaitu:
 1.       Melalui biro jasa dengan biaya + Rp. 500 ribu. Semua persyaratan kita serahkan ke biro jasa, dihari yang ditentukan ke kantor Imigrasi untuk foto dan ambil sidik jari (tanpa antri) dan beberapa hari kemudian paspor dapat diambil di biro jasa (yang sekali lagi tanpa antri).

2.       Mengurus sendiri ke kantor Imigrasi dengan biaya Rp. 255 ribu. Dengan catatan disetiap tahapan dilalui dengan antrian yang lumayan panjang. Tentu saja saya yang baru jadi pengangguran memilih  cara ini. 

Kurang lebih prosedur di Kantor Imigrasi Jogja sbb:
 ·         Syarat-syaratnya adalah KTP, KK, Akta Kelahiran, Ijazah terakhir, Surat Nikah buat yang sudah menikah, surat keterangan dari orang tua buat yang masih sekolah, atau surat keterangan dari kantor buat yang bekerja. Sebetulnya yang diminta hanya fotocopy-nya saja tapi pada saat diserahkan yang asli juga harus dibawa untuk ditunjukkan.
·         Mengambil formulir yang katanya gratis, tapi harus bayar Rp. 10 ribu untuk biaya map dan cover paspor. 

Jumat, 18 Mei 2012

Museum Ullen Sentalu



 Untuk mencapai museum ini, dari depan taman kaliurang ambil arah kiri lurus naik terus, nanti ada papan petunjuk arah museum lalu belok kiri. Dari jalan raya, museumnya tidak kelihatan karena agak menjorok masuk. Menurut informasinya museum ini diresmikan ditahun 2007 namun warga Jogja sendiri banyak yang tidak tahu keberadaan museum ini.

Tiket masuknya seharga Rp. 25.000,- jauh lebih mahal dari museum-museum yang pernah saya datangi yang rata-rata mematok harga tiket Rp. 3.000,-an. Tiketnya lebih bagus daripada museum lain yang biasanya terbuat dari kertas folio warna-warni. Museum ini dimiliki oleh keluarga Kraton dikelola secara swasta. Yang dibangun dengan menggunakan arsitek dari Belanda dan Indonesia, sehingga kelihatan dari bangunanya perpaduan antara bangunan Belanda dengan bangunan Jawa. Ada 3 area didalam museum, yaitu museum, galeri sovenir dimana sovenir yang dijual harganya sangat mahal untuk ukuran kantong saya, dan diatas galeri sovenir ada restaurantnya.

Untuk masuk museum ini harus diantar oleh guide yang disediakan oleh pihak museum. Karena saya datang sendiri maka saya digabungkan dalam rombongan keluarga dari Semarang. Isinya merupakan foto-foto dan lukisan keluarga kerajaan dari Kraton Solo dan Jogja dengan usia yang sudah ratusan tahun. Karena isinya benda-benda berharga semua maka didalam museum tidak boleh memotret. Yang menarik dari museum ini adalah tempatnya yang mirip labirin. Selain itu guide-nya menceritakan secara rinci setiap foto atau lukisan yang ada. Sebenarnya isi museum ini tidak beda jauh dengan museum Kraton hanya saja berbagai informasi disajikan secara menarik sehingga sepadan dengan harga tiket masuknya.