Seumur-umur
candi yang pernah saya kunjungi hanyalah Candi Borobudur, itupun seingat saya
tidak sampai 5 kali kunjungan. Pertama kali, saya ke Candi Borobudur alasannya
hanya karena saya tinggal di Magelang masa belum pernah kesana, rasanya malu
kalau ditanya orang yang berasal dari luar kota. Kunjungan-kunjungan berikutnya
karena saya menemani entah teman atau saudara yang ingin melihat langsung Borobudur.
Parahnya lagi hampir 12 tahun saya tinggal di Jogja tidak pernah terpikir untuk berwisata ke candi-candi yang ada di Jogja. Hampir 1 tahun saya melakukan perjalanan Jogja-Solo yang melewati daerah Prambanan tak sekalipun saya berminat untuk berhenti dan mengunjungi Candi Prambanan yang letaknya dipinggir jalan tersebut. Bahkan yang namanya Candi Kalasan pun saya tidak tahu letaknya disebelah mana.
Parahnya lagi hampir 12 tahun saya tinggal di Jogja tidak pernah terpikir untuk berwisata ke candi-candi yang ada di Jogja. Hampir 1 tahun saya melakukan perjalanan Jogja-Solo yang melewati daerah Prambanan tak sekalipun saya berminat untuk berhenti dan mengunjungi Candi Prambanan yang letaknya dipinggir jalan tersebut. Bahkan yang namanya Candi Kalasan pun saya tidak tahu letaknya disebelah mana.
Setelah keluar
dari kota Jogja, saya baru tahu ternyata ada banyak candi yang tersebar didaerah
Prambanan dan sekitarnya. Melihat foto-foto yang sering muncul disosial media
membuat saya penasaran untuk melihat langsung candi-candi tersebut.
Karena pekerjaan
kantor yang sangat padat, saya tidak sempat browsing lokasi yang pasti melalui
internet. Berbekal peta kurang jelas yang mencantumkan daftar nama-nama candi
namun tidak mencantumkan satuan jarak-nya, akhirnya niat saya untuk mengunjungi
candi-candi tersebut terlaksana juga.
Sebenarnya kalau
tujuannya hanya ke Candi Prambanan dan Ratu Boko menurut saya dari Jogja lebih
mudah dengan menggunakan Trans Jogja, tidak perlu repot menggunakan kendaraan
sendiri. Turunnya di halte Prambanan yang pas didepan lokasi candinya. Kalau
ingin ke Ratu Boko bisa membeli tiket paket Candi Prambanan-Ratu Boko seharga
Rp. 45.000,-. Dari candi Prambanan disediakan suttle yang mengantar sampai
Candi Ratu Boko, begitu juga kembalinya lagi ke Candi Prambanan. Namun karena
saya ingin mengunjungi candi-candi yang lain maka saya menggunakan sepeda
motor.
Tujuan pertama
saya adalah Candi Sambisari.Petunjuk yang ada dipeta saya hanya
menginformasikan ada disekitar Jalan Solo KM 10 kemudian belok kanan. Ternyata
dijalan saya melihat petunjuk arah Candi Sambisari dengan tulisan besar pas
dipertigaan jalan kearah kanan. Setelah saya ikuti petunjuk tersebut saya
merasa curiga salah belok karena setelah sekitar 15 menit jalan, semakin masuk
adanya hanya area persawahan dan tidak kelihatan ada bangunan yang mirip-mirip
candi. Akhirnya saya memutuskan kembali lagi kejalan utama, sampai diujung
jalan saya diberi tahu orang lebih mudah
kalau melalui jalan yang setelah plang
petunjuk arah. Memang betul, kalau melalui jalan tersebut arahnya hanya lurus
saja, candinya ada diujung jalan tersebut. Untuk lebih mudahnya masuklah jalan
yang ada plangnya BP3TKI. Untuk masuk ke Candi Sambisari dikenai biaya Rp.
2.000,-. Candinya kecil namun dari jauh area candi kelihatan bagus karena
lokasi candi yang berada dibawah. Bangunannya terdiri 1 candi induk dan 3 candi
yang lebih kecil. Tidak ada brosur yang berisi sejarah candi tersebut, yang ada
hanya ruang informasi kecil yang ada didekat loket masuk yang memajang tulisan
dan gambar-gambar saat pemugaran candi tersebut yang menurut saya sih kurang
informatif. Menurut petugas loket sampai saat ini umat Hindu masih ada yang
melakukan ritual sembahyang di candi tersebut.
Keluar dari
Candi Sambisari, tujuan saya berikutnya adalah mencari lokasi Candi Kedulan dan
Candi Sari, namun karena terkendala kurangnya informasi arah, saya tidak
menemukan jalan masuknya.
Akhirnya saya
memutuskan untuk lanjut ke Candi Prambanan. Masuk ke candi Prambanan dikenakan
biaya Rp. 30.000,-. Disana ditawarkan juga tiket paket dengan Candi Ratu Boko. Ada
16 candi yang berada di latar pusat. Yang paling besar namanya Candi Siwa yang
diapit 2 candi yang lebih kecil yaitu Candi Brahma dan Candi Wisnu.
Diseberangnya dengan ukuran yang lebih kecil ada Candi Nandi, Candi Angsa dan
Candi Garuda. Kemudian ada 2 Candi Apit , 4 Candi Kelir dan 4 Candi Sudut.
Khusus untuk masuk ke Candi Siwa pengunjung diharuskan menggunakan topi proyek
yang disediakan petugas dan jumlah orang yang masuk pun dibatasi. Untuk
meminjam topi proyek pengunjung harus antri, jadi sampai ada yang keluar dan
mengembalikan topi baru pengunjung berikutnya bisa masuk. Repotnya ketika yang
meminjam topi itu rombongan turis lokal, karena kalau tidak sekeluarga atau
serombongan dapet semua topinya maka yang sudah dapat topi tidak segera masuk,
mereka saling menunggu. Setelah dapat semua, sampai ditangga candi tidak
langsung naik tapi heboh foto-foto baik foto berombongan maupun
sendiri-sendiri, baru naik. ebayangkan, antri lamanya seperti apa. Berbeda
dengan turis manca yang tidak tunggu-tungguan, jadi mereka lumayan cepat
mengembalikan topinya. Saya sempat antri hampir 30 menit ditengah terik
matahari dan akhirnya mengurungkan niat untuk masuk Candi Siwa karena didepan
saya masih ada 2 rombongan keluarga, sedangkan sebagian besar topi masih
dipakai rombongan lokal yang asyik foto-foto disetiap sudut candi tanpa memikirkan
orang yang antri diatas matahari terik.
Masih diarea
Candi Prambanan, ada 3 candi lain yang bisa dikunjungi. Candi Lumbung, Candi
Bubrah dan Candi Sewu. Untuk menuju kesana dari pintu keluar Candi Prambanan
disediakan sepeda dengan tarif Rp. 20.000,- atau menggunakan kereta dengan
tarif Rp. 5.000/orang. Didekat loket tiket kereta disediakan dispenser air
mineral gratis dan gelas sekali pakai, lumayan kalau buat refil persediaan
minum. Karena agak jauh kalau jalan kaki dan panasnya nggak ketulungan, untuk
menuju ke 3 candi tersebut saya memutuskan untuk membeli tiket kereta. Candi
Lumbung dan Candi Bubrah saat ini kondisinya sama seperti nama candinya,
bubrah, hanya tinggal batu yang berserakan saja. Kalau Candi Sewu masih bisa
dinikmati keindahannya. Kereta hanya berhenti di Candi Sewu dan memberi waktu 5
menit untuk mengambil foto candi tersebut kemudian mengantar penumpangnya
sampai dipintu keluar dekat area parkir. Disekitar candi banyak orang yang
berjualan buku cerita candi dengan harga Rp. 2.000,- lumayan jadi tahu
sedikit-sedikit cerita Candi Prambanan dan candi yang ada disekitarnya.
Keluar dari
Candi Prambanan saya menuju Candi Ratu Boko. Dari pertigaan pasar Prambanan
belok kiri ambil jalan yang kearah Wonosari. Lokasi candi ada didaerah perbukitan,
untuk sampai sana harus naik anak tangga yang lumayan tinggi. Tiket masuknya
Rp. 25.000,-/orang dan dapat gratis air mineral ukuran 330ml dan disediakan
payung gratis kalau mau pinjam. Untuk sampai diatas butuh perjuangan tersendiri
karena saya sampai sana pas matahari ditengah kepala. Jalan masuknya sudah
dibikin bagus dan tampak asri, membangun minat untuk tetap naik sampai atas.
Menjadi semakin penasaran dengan apa yang bakal ditemui diatas karena Candi
Ratu Boko lebih seperti bekas kraton/istana, tidak seperti candi pada umumnya
yang digunakan untuk ritual sembahyang.
Dari jauh kelihatan sangat bagus diatas
berdiri tegak pintu utamanya, menjadi tambah penasaran lagi dengan dalamnya.
Begitu sampai dipintu utama yang ada hanya lapangan kosong-song. Ternyata masih
harus jalan lagi diatas panas terik matahari menyeberangi lapangan yang luas
sekali. Semakin membuat penasaran saya, setelah berpanas-panas ria “jederrrr”
saya hanya menemukan tempat yang tanpa atap dan beralaskan batu candi, yang
mungkin dulunya buat tempat pertunjukan. Dengan terseok-seok dan dalam hati
berkata mungkin yang didepan lebih bagus lagi, saya menuju lokasi selajutnya
dengan harapan bisa menemukan candi atau apapun yang masih berbentuk dan bisa
buat berteduh, tapi yang saya temukan masih sama hanya halaman tanpa atap.
Akhirnya saya berhenti disebuah gapura kecil yang masih ada atapnya, lumayan
untuk berteduh. Ada 1 tempat yang saya temukan selanjutnya yang tempatnya
lumayan sejuk karena berada dibawah pohon dan ada kursi dari semennya, ketika
duduk disitu rasanya tentram sekali karena pada saat itu saya hanya sendirian
diatas bukit. Dari tempat saya duduk terlihat lubang-lubang bekas kolam yang
masih berisi air. Dari sana saya juga melihat bangunan candi yang ada
diseberang yang katanya itu Candi Ijo. Dari sana saya naik lagi kearah goa yang
konon katanya dulu tempat untuk bersemedi, sekali lagi agak kecewa sampai
diatas dengan kondisi jalan yang susah sampai diatas ya cuma gitu aja nggak ada
yang spesial menurut saya. Dari goa saya lari sampai di pintu utama karena
disana bangunan yang paling dekat dan bisa buat berlindung dari sinar matahari
yang galak banget.
Hampir 1 jam saya berteduh disana, setelah itu saya turun
dan mengurungkan niat untuk mencari candi-candi lainnya yaitu Candi Barong,
Candi Banyunibo, Candi Ijo dan Candi Sojiwan. Menurut saya dengan tiket harga
segitu saya kurang bisa menikmati wisata candinya karena dilokasi candi sangat
minim keterangan-keterangan yang bisa didapat, ada sih beberapa papan
keterangan, tapi itu tidak bisa menampilkan keseluruhan cerita dari Candi Ratu
Boko.
Dalam perjalanan
pulang ke Jogja saya menyempatkan untuk mencari lokasi Candi Kalasan,
sebenarnya lokasinya ada dipinggir jalan raya namun karena dibelakang rumah
orang dan agak turun jadi dari jalan agak tidak kelihatan. Tiket masuknya
seharga Rp. 2.000,-. Kalo menurutku sih seperti candinya Candi Pawon yang ada
didekat Candi Borobudur, hanya ada 1 bangunan namun karena tangganya sudah
tidak ada jadi tidak bisa dimasuki lagi.
Untuk
candi-candi yang lain saya masih berminat untuk mencarinya dilain waktu. Selain
yang ada di Jogja suatu saat saya juga akan mencari candi-candi kecil yang ada
disekitar Borobudur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar