Senin, 16 April 2012

Pengalaman Pertama Bekerja


Senin tanggal 26 Mei 2003 menjadi hari pertama saya bekerja. Langsung dilaksanakan serah terima pekerjaan karena waktunya tinggal seminggu sebelum yang lama keluar dari kantor. Saya dikasih sebuah buku tulis yang isinya semua asing buat saya, istilah jawanya blas nggak dong. Berderet rekening bank yang hanya tahu namanya dari TV karena dijogja nggak ada, berbagai macam kartu yang baru pertama kali denger GFF, SQ, dinner card dan masih banyak lagi. Arahan do & don’t. Dikenalkan dengan pohon keluarga pemilik perusahaan. Bolak-balik berpura-pura telepon bank untuk menawar dollar, melakukan prosedur TT dan mengisi banyak sekali formulir-formulir bank untuk berlatih.  
Selama proses serah terima satu minggu itu, big bos sedang keluar negeri. Jadi saya mengenalnya dari cerita-cerita teman lain, yang pada akhirnya saya ketahui kalau sudah banyak sekali yang diedit ceritanya. Nasehat yang sering saya dengar: “nek disengeni ra sah dipikir, mlebu kuping kanan metu kuping kiri” (kalau dimarahi jangan dipikirin, masuk telinga kanan keluar telinga kiri).
Cara bekerja dikantor itu semuanya dilaksanakan melalui telepon dan faximili, jika ada yang harus dikirim keluar kantor maka dikirimlah OB. Begitu juga berhubungan dengan big bos semua dilakukan melalui telepon. Saya mengetahui seperti apa wajah big bos hanya melalui foto difotocopy KTP saja yang ada dikantor. Wuih....hebatkan!!. Dan pada akhirnya bisa bertemu langsung setelah beberapa bulan bekerja.
Hari Senin tanggal 2 Juni 2003, merupakan hari pertama saya bekerja secara resmi. Grace yang saya gantikan sudah pergi dan big bos sudah datang. Berdebar rasanya menunggu hari itu dimulai. Rasanya belum cukup waktu saya belajar sudah harus mengerjakan sendiri. Sungguh seperti menjadi seorang anak yang dilepas didunia baru sendirian.

Ternyata oh ternyata.... Big bos bukan orang yang mudah dipahami, tidak mudah merasa puas, dan sangat keras. Bisa dibilang sangat galak. Rasanya semua yang saya perbuat selalu salah. Satu bulan pertama bekerja yang dialami adalah STRESS BERAT dan itu berpengaruh pada kondisi fisik. Pagi hari sebelum jam 8.30 kondisi badan sehat, begitu lewat jam 8.30 mulai diserang panik, kepala rasanya pusing dan mual yang sangat hebat. Seharian kalau telepon berdering  jantung berdebar sangat kencang, keringat dingin dan gemeteran. Anehnya begitu mendekati jam 5 sore kondisi badan rasanya ringan sekali, saking ringannya begitu masuk kamar langsung tidur seperti orang pingsan. Dengan berlalunya waktu berangsur-angsur fisik dan pikiran mulai beradaptasi dengan keadaan sehingga lebih mudah untuk dilalui.
Semua hal tersebut sangat jauh dari bayangan wong ndeso kluthuk (sesuai sebutan dari big bos kalau marah “dasar wong ndeso kluthuk!”) waktu berangkat ke Jakarta. 24 jam tinggal di gedung yang sama hampir tidak pernah keluar dari kantor.Bagaimana mau keluar kalau jam kerja selesai jam 5 sore sedangkan pasar pagi dan ITC sudah tutup, yang masih buka hanya mall MG2 dimana isinya kebanyakan alat elektronik dan komputer. Mau pergi yang agak jauh tidak berani karena efek acara kriminal ditelevisi yang isinya kejahatan di Jakarta. Kalaupun berani pergi tidak bisa lama-lama karena jam 10 malam gerbang gedung sudah ditutup jadi tidak bisa masuk lagi. Sungguh ironis tinggal di Jakarta tapi sangat kekurangan hiburan.
Dari semua ketidak beruntungan itu, sangat bersyukur dengan adanya teman-teman kerja yang sangat mendukung dan menghibur. Mungkin itu dilakukan hanya supaya saya mau bertahan dan tidak lari pulang. Namun perhatian mereka sangat membantu dalam melewati masa-masa yang berat. Banyak hal sepele dan konyol yang dilakukan kami bertiga untuk membunuh waktu, meredakan rasa marah, sakit hati dll.
 Saya bertahan dikantor itu hanya 9 bulan. Namun banyak sekali pelajaran yang diperoleh dari didikan big bos. Pantang mengatakan kata “tidak bisa” dan “tidak tahu”. Banyak mengatakan kata-kata “saya cari informasinya, akan saya coba, saya usahakan” kalimat-kalimat positif yang menginspiratif untuk mencoba tahu lebih banyak hal. Tidak gampang putus asa dalam mencari solusi terbaik. Berusaha menjadi pribadi yang mandiri, teliti, rapi dan tangguh. Tidak gampang sakit hati kalau dimarahi atasan karena sudah kebal, anggap angin lalu.
Semua itu kalau diingat-ingat sekarang menjadi hal yang lucu dan berharga untuk dikenang. Sungguh salah satu pengalaman yang tak terlupakan. Salam Telo Kaspo......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar